Sabtu, 24 November 2012

bukankah engkau?

Bismillah.
karena aku hanya takut...
ketakutan yang mengejek, membuat yang bingung mempertanyakan kebingungannya..
entah kalah dengan logika atau terlalu mudah menjadi lemah..
atau karena bocah-bocah sudah pandai bersilat lidah..??
ah, toh sesekali rintik hujan membawa kehangatan, walaupun bintang tak pernah bicara tentang cahayanya..
tak pernah protes saat tak ada yang butuh terangnya..
jadi wajar saja jika aku perolok rasa takut itu.. meski lagi-lagi, kembali lagi..
saat tak diingat, saat penuh semangat, atau saat-saat dimana ingatan disabotase rasa nyaman..
alhasil, kerenggangan ini mempertanyakan kesalahannya, lalu haruskah dia yang menjadi kambing hitam?
bukankah engkau yang sudah tidak nyaman dengan udara yang mengajarimu pengampunan?
ooh, rupanya begitu cepat hati berubah, dengan sendirinya membolak-balikkan yang sudah tertata..
mengganggu memang, terlebih saat aturan-aturan hidup sudah dilanggar sebelum disahkan..
kalau begitu jangan buat ambigu pada hati-hati yang masih harus dibina..
coba belajar pada hujan,, dirasuki hangat malah ingin kesejukan..
jungkir-balikkan saja apa yang sudah baik.
bukankah engkau yang sudah tidak nyaman dengan tanah yang melatihmu keikhlasan?
lalu seenaknya saja menawar persahabatan..
atau mungkin terlalu takut pada ketakutan?
nyatanya aku masih berdiri santai, diatas mereka yang aku anggap tidak paham.
karena takut itu terlalu pengecut,
hanya andalkan lidah-lidah kotor tak berotak.
masalah yang ada dibuatnya berputar-putar,
pada lalu, pada mereka yang tak mau tau, pada suara-suara sumbang penuh nafsu.
bukankah engkau yang rasa bosan dengan kebaikan yang beri mu penghidupan?
hujan sudah tak selebat kemarin, turunkan kesombongan..
mengikuti arus zaman dengan segudang perhitungan,
engkau hanya akan berputar-putar pada kebingungan..
itulah, ketakutan mendominasi, harga diri terlalu tinggi, kesombongan menyaingi.
sadarkah kau tak punya hati??
karena aku hanya takut...
jangan, jangan lagi...
kelelahan ini takkan tunjukkan wujudnya, butuh peka hati untuk merasa.
kemudian objeknya menjauh, menjauh, dan semakin jauh..
peringatan itu pernah hadir, dulu, entah kapan tepatnya..
tapi lama berputar pada pertimbangan-pertimbangan tak masuk akal..
tapi hujan jangan ditunggu, tetes-tetesnya mengesalkan..
bukankah engkau yang inginkan semua keanehan??
sekarang bersembunyi diantara ramainya suara sumbang,
lalu aku sendiri menjelaskan, dikucilkan, kemudian dibuang..
cukup saja, karena adanya awal bukan sebagai penentu kehidupan kan..??
cukup saja, karena dunia sudah tertawa memotong pembicaraan..
cukup saja, karena aku hanya takut, karena aku hanya lelah..
karena aku manusia, sungguh, hanya manusia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar