Senin, 25 Maret 2013

Hamparan Air Asin..


Ini tentang aku saja… bukan perkara dia atau mereka. Maka jangan patahkan fakta dan menumpuk nilai-nilai busuk yang dikira berharga. Karena jarak kebaikan kian melebar diantara nyata dan fiksi dengan bahagianya... mengacaukan hasil korelasi walau mimpi coba ditafsirkan sepenuh hati.

Kadang berlari dari mimpi satu menuju khayal yang lain, yang kesemuanya tidak berwujud. Mencoba perjelas yang bias, tapi terbatas pada kebingungan mendengar yang lain mendongengkan kisah-kisahnya, hamburkan serangkai naskah menjadi pecahan-pecahan huruf tanpa arti, tak berarti… kalah dengan persepsi konyol yang lebih banyak dilirik, bukan karena menarik, hanya cukup beruntung berada pada fase itu…


Bebas, saat khayal mendapat izin dari banyak arti yang tak tampak. Satu hadir sempurnakan mimpi, mengisi setiap fiksi, membuat tebak-tebakan tentang wujud dari khayal tempat dipijak, meski sementara…

Dekat sekali dengan optimistis mereka menggagalkan langkah, berkata mustahil untuk setiap kata di udara, melayang, melayang mengikuti setiap dongeng dengan segala endingnya… melayang diatas nyata yang belum sempat terjamah, mewakilkan cintanya pada hamparan ketenangan, merindukan, membuat batas menjadi setipis “ini” dengan desakan kegagalan… suram, tapi dikata temaram. Karena pendongeng punya bahasanya sendiri, tidak akan melemah meski terlalu aneh untuk yang waras disana…


Tambah satu, menutup ruang fiksi dengan kreatifitas berbeda, genapkan bahagia sampai langkah berhenti berlari. Temukan yang harus dicari, karena yang fiksi tak bisa semua mengerti. Tapi ditodong dengan keberanian demi selintas mimpi. keanehan, kekacauan, ditinggalkan… atau tidak. Yang nyata terlalu rendah dikenali, juga sama egoisnya mereka itu…

Tapi yang berat ketika hati dipaksa redam egonya, diatas segala fiksi & khayal yang sudah terlalu sempurna… mengusir yang melengkapi, membiarkan diri berkutat dengan sukarnya wujudkan mimpi. Satu, satu, harap melawan segala tantang, berani dengan dibayangi yang terusir, meski puluhan tahun, kata itu akan tetap ada, tetap melayang dan coba menjamah asalnya, hamparan air asin...


Dan semua yang terpilih, buktikan bahwa  takdir itu ada. Terlalu rumit memang, berputar kesana-kemari menghindari khayal yang sempurna. Entahlah apa hati memilih atau dipilih, pun seberapa kuat diri berada dalam nyata yang sebenar-benarnya. Meski puluhan tahun, tetap, yang terusir pertahankan kesempurnaannya. Dan perputaran kembali satukan cinta dalam kreatifitas berkhayal. Kembali pada asalnya, hamparan air asin…


Melarung selembar demi selembar kisah konyol yang hanya dipahami diri, menjadi semakin sempurna karena perputaran mempertemukan hati dengan pilihan-pilihannya. Atau sebaliknya… Memecah fiksi dalam fananya kenyataan hidup. Yang tak dicari, yang tak dikejar dengan berlari, yang tak diharap dengan hindar, yang rendah dinilai tapi tertanam jutaan inspirasi padanya, bintang katanya. Memberi tenang dan senang, menguatkan…

Melarung semua emosi, sampai jenuh memenuhi hamparan itu… tak pernah bertemu, tapi jelas tempatnya didalam “sini”. Selalu menjadi yang dituju, masih bias tapi yang menenangkan pasti akan nyata, hadir, sama seperti yang terusir. Cukup banyak mengutip pola dari yang terbaca, inspirasi, realitas…

Jauh sekali disana, yang satu, yang terusir, yang tak terbayang, mungkin juga sedang berkawan dengan asalnya, hamparan air asin…



Sukoharjo, 24 Maret 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar