Ini tentang aku
saja… bukan perkara dia atau mereka. Maka jangan patahkan fakta dan menumpuk
nilai-nilai busuk yang dikira berharga. Karena jarak kebaikan kian melebar
diantara nyata dan fiksi dengan bahagianya... mengacaukan hasil korelasi walau
mimpi coba ditafsirkan sepenuh hati.
Kadang berlari
dari mimpi satu menuju khayal yang lain, yang kesemuanya tidak berwujud. Mencoba
perjelas yang bias, tapi terbatas pada kebingungan mendengar yang lain
mendongengkan kisah-kisahnya, hamburkan serangkai naskah menjadi
pecahan-pecahan huruf tanpa arti, tak berarti… kalah dengan persepsi konyol
yang lebih banyak dilirik, bukan karena menarik, hanya cukup beruntung berada
pada fase itu…
Bebas, saat khayal
mendapat izin dari banyak arti yang tak tampak. Satu hadir sempurnakan mimpi,
mengisi setiap fiksi, membuat tebak-tebakan tentang wujud dari khayal tempat
dipijak, meski sementara…
Dekat sekali
dengan optimistis mereka menggagalkan langkah, berkata mustahil untuk setiap
kata di udara, melayang, melayang mengikuti setiap dongeng dengan segala
endingnya… melayang diatas nyata yang belum sempat terjamah, mewakilkan
cintanya pada hamparan ketenangan, merindukan, membuat batas menjadi setipis
“ini” dengan desakan kegagalan… suram, tapi dikata temaram. Karena pendongeng
punya bahasanya sendiri, tidak akan melemah meski terlalu aneh untuk yang waras
disana…
Tambah satu,
menutup ruang fiksi dengan kreatifitas berbeda, genapkan bahagia sampai langkah
berhenti berlari. Temukan yang harus dicari, karena yang fiksi tak bisa semua
mengerti. Tapi ditodong dengan keberanian demi selintas mimpi. keanehan,
kekacauan, ditinggalkan… atau tidak. Yang nyata terlalu rendah dikenali, juga
sama egoisnya mereka itu…
Tapi yang berat
ketika hati dipaksa redam egonya, diatas segala fiksi & khayal yang sudah
terlalu sempurna… mengusir yang melengkapi, membiarkan diri berkutat dengan
sukarnya wujudkan mimpi. Satu, satu, harap melawan segala tantang, berani
dengan dibayangi yang terusir, meski puluhan tahun, kata itu akan tetap ada,
tetap melayang dan coba menjamah asalnya, hamparan air asin...
Dan semua yang
terpilih, buktikan bahwa takdir itu ada.
Terlalu rumit memang, berputar kesana-kemari menghindari khayal yang sempurna. Entahlah
apa hati memilih atau dipilih, pun seberapa kuat diri berada dalam nyata yang
sebenar-benarnya. Meski puluhan tahun, tetap, yang terusir pertahankan
kesempurnaannya. Dan perputaran kembali satukan cinta dalam kreatifitas
berkhayal. Kembali pada asalnya, hamparan air asin…
Melarung selembar
demi selembar kisah konyol yang hanya dipahami diri, menjadi semakin sempurna
karena perputaran mempertemukan hati dengan pilihan-pilihannya. Atau
sebaliknya… Memecah fiksi dalam fananya kenyataan hidup. Yang tak dicari, yang
tak dikejar dengan berlari, yang tak diharap dengan hindar, yang rendah dinilai
tapi tertanam jutaan inspirasi padanya, bintang katanya. Memberi tenang dan
senang, menguatkan…
Melarung semua
emosi, sampai jenuh memenuhi hamparan itu… tak pernah bertemu, tapi jelas
tempatnya didalam “sini”. Selalu menjadi yang dituju, masih bias tapi yang
menenangkan pasti akan nyata, hadir, sama seperti yang terusir. Cukup banyak
mengutip pola dari yang terbaca, inspirasi, realitas…
Jauh sekali disana,
yang satu, yang terusir, yang tak terbayang, mungkin juga sedang berkawan
dengan asalnya, hamparan air asin…
Sukoharjo, 24 Maret 2013