Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Akhir shofar 1437 H
Aku terpaksa menelan pahitnya ucapan selamat tinggal...
Pahit sekali…
Sampai-sampai manisnya senyum Sang Sabit tak kuasa menetralisir
rasa pahit ini :)
Aku terjaga dalam kebingungan,
Satu sisi ditarik oleh mimpi, memaksaku acuhkan segala lalu
melenyap dalam senyap.
Sisi lain ditahan oleh kuatnya keinginan untuk memprotes
kenyataan. Yaa…
Memprotes kata “TAPI” yang seolah sopan,
Menjadi sebab pembenaran dari pahit yang katanya kebaikan.
Memprotes kata “TAPI” yang nyatanya lancang,
Mengizinkan kontradiksi terbaca jelas sebagai pembodohan.
Memprotes kata “TAPI” yang terdengar wajar,
Merusak tatanan kalimat menjadi kecurangan nan menyedihkan.
Mencampur-adukkan yang sudah baik dengan obsesi penuh emosi.
Membuat frame baru dan menghancurkan petak-petak
batas diantaranya.
Cih!
Lalu rangkaian eja-ku disadur asal sebagai penyempurna kepahitan.
Yang dahulu diberi, kini ganti melempar keras pada wajah yang
masih suguhkan senyum polosnya.
Hey… senyum itu dianggap mengganggu, dianggap menghambat,
dianggap benalu, kini.
Kemudian muncul satu permintaan, atau pengusiran?!
Disusul beberapa kata penuh kenang, seolah sengaja ada untuk
mengingatkan.
Lalu ditutup ucapan manis penuh kepalsuan.
Lalu ditutup senyuman lebar penuh kesedihan.
Aku terpaksa menelan pahitnya ucapan selamat tinggal...
Pahit sekali…
Sampai-sampai pahitnya obat apapun tak kuasa menyaingi rasa
pahit ini :)
Aku tersadar dalam kesedihan,
Satu sisi bertahan pada emosi lalu, memaksanya tetap mengendap
sebagai kenang.
Sisi lain menegakkan bahu ku, membiarkan endapan itu terlarut
lalu jauh menghanyut.
Yaa. Aku pilih menjadi yang kedua, lalu dengan senyum ku telan
bulat-bulat pahit ini :)
Merelakan satu nama hilang meninggalkan barisannya.
Karena “memaksa” bukan cara yang baik untuk tetap menjadi “teman”
“ I think we
are best friend, Not yeah? xD ” malu rasanya.
Dan tali yang sudah terajut ini aku lanjutkan dengan do’a,
berharap ALLAH tak putuskannya.
Yaa. Aku telan pahitnya ucapan selamat tinggal... Pahit sekali…
Sampai saat aku disadarkan oleh ketidakmungkinan, tangis ini
kuhentikan.
Sampai saat ALLAH membuatku sadar,
Inilah obat untuknya bagi banyak kesakitan yang aku berikan…
Barokallahufiikum :)