Bismillaahirrohmaanirrohiim
Sahabat hilang. Sahabat datang.
Sahabat hilang. Sahabat datang.
Jauh, lama dalam
keragu-raguan.
Bersinar, Meredup, terus bergantian.
Menunggu yang tak ingin
ditunggu.
Memanggil yang tak akan
pernah menyahut.
Teriak sendiri pada diam.
Kemudian diam dalam
kebisingan.
Gemas ingin seakrab dulu.
Gemas ingin segila dulu.
Gemas ingin kembali dengan
baik yang baru.
Lalu ekspresi ditumpahkan
pada tembok.
Lalu keramahan ditekan
sekuat bibir menahan senyum.
Berdiri lemas
ditinggalkan.
Berdiri lemas tak berani
mengejar.
Aku dimana?
Saat ternyata kalian
bergeser menjauh perlahan.
Kalian dimana?
Saat nyatanya aku berlari
mendekat coba menggapai.
Satu, Sepuluh, Seratus,
hingga Ribuan hari menjadi bayang.
Entah mungkin kalian yang lelah menghindar.
Saat seharusnya aku yang
lelah mengejar.
Hati dimana?
Saat maaf tak cukup kuat
membalikkan kembali suasana.
Rasa dimana?
Saat hitungan tahun masih
kurang banyak untuk menjadi kenang.
Aku hanya makhluk tak kasat mata yang tertawa
saat kalian bahagia.
Memperhatikan meski dari jarak sekian lama
perjalanan.
Karena jelas pun, toh tak akan dihiraukan.
Aku hanya suara yang mendo’a saat kalian tak
ingin dengar.
Menyapa meski tau kenekatan ini hanya akan
memalukan.
Karena jelas pun, toh tetap tak akan dihiraukan.
Rindu berlebihan.
Tapi intervensi membuat aku banyak mengerti.
Bahwa jarak adalah yang kalian inginkan.
Dengan sesal ini aku ragu.
Dengan sesal ini aku kalah.
Tapi tanpa sesal baik ini takkan pernah
berubah.
Aku sahabat. Kalian sahabat.
Biar ALLAH yang menjadi jarak.
Karena bubur tak akan bisa kembali menjadi
nasi.
Maka biar ku racik menjadi bubur ayam spesial.
Meski sendiri tanpa kalian.
Aku jelas rindu saat kalian mungkin rindu
Aku jelas menyambut saat kalian mungkin tidak akan datang
Kalian jelas Sahabat saat mungkin aku hanya seorang teman
Untuk kalian disana, Nonny, Indah, Rita, Syerli, Icha :)
Barokallohu fiikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar