Akhir Juli 2018.
Aku dan 2 orang sahabat mulai merencanakan warna baju yang akan kami gunakan di acara pernikahan teman tanggal 4 Agustus nanti. Acara ini akan menjadi ajang reuni bagi kami bertiga yang selama ini terpisah kota. Aku di solo, Fina di Boyolali, sedangkan Bekti di Temanggung. Itulah kenapa kami sangat bersemangat untuk hadir di acara ini, selain karena kedua mempelai adalah teman kuliah kami. Hasil diskusi memutuskan biru dongker akan menjadi warna outfit kami. Pilihanku pun jatuh pada gamis biru dongker berbahan maxmara dengan motif ranting berwarna pink. Cantik sekali. Tidak sabar aku ingin memakainya untuk bertemu dengan teman-teman nanti.
Jumat 3 Agustus 2018.
Sore itu jadwal periksa kehamilan keduaku yang belum genap 3 bulan. Setelah melakukan anamnesis dan USG, dokter menemukan bahwa janinku tidak berkembang. Aku didiagnosa mengalami blighted ovum dan harus melakukan kuretase. Hancur hatiku pasti, sedih, marah, takut, menyesal semua campur aduk jadi satu. Tapi aku harus berusaha tegar di depan dokter dan suamiku. Saat itu dokter memberikan 2 pilihan jadwal kuretase, Sabtu keesokan pagi atau menunggu hingga Senin nanti. Akhirnya aku dan suami memilih sabtu pagi untuk dilakukan kuret, meskipun pilihan yang berat bagiku karena hari itu adalah hari pernikahan teman yang aku tunggu-tunggu. Aku keluar dari ruang dokter dengan hati dan pikiran yang kacau. Sesak di dada dan butiran airmata berdesakan ingin keluar. Aku duduk di depan apotek dengan tatapan kosong, sembari menunggu resepku selesai dikerjakan. Suamiku berusaha menguatkan dan menghibur, aku hanya menjawab "nggak papa". Padahal hati berkecamuk tidak karuan. Aku masih bisa menahan tangis selama perjalanan pulang sampai ke rumah, hingga saat kami masuk ke dalam kamar, tangisku pecah di pelukan suamiku. Kami berdialog dan saling menenangkan.
Malam itu aku bingung, tidak tau harus beralasan apa pada Fina dan Bekti karena tidak jadi hadir esok hari. Apalagi mereka belum tau kalau saat itu aku sedang hamil. Rencananya aku akan memberitau mereka saat bertemu, karena memang aku tipe orang yang jarang bercerita bahkan pada sahabat sendiri. Saat itupun tidak banyak orang yang tau tentang kehamilanku. Akhirnya setelah berpikir panjang, aku kirim chat di grup whattsapp kami. Ijin tidak jadi datang karena sakit, memohon maaf serta minta dido'akan oleh mereka untuk kesehatanku. Pastinya saat itu mereka kaget dan penasaran, kenapa tiba-tiba sekali? Tapi aku masih berusaha tutupi. Esoknya pagi-pagi sekali aku dan suami bersiap ke rumah sakit. Ibrahim anak pertamaku yang belum genap 2 tahun kutitipkan pada adik ipar yang saat itu memang tinggal bersama kami. Alhamdulillah selama ditinggal sejak pagi buta hingga sore hari Ibrahim tidak rewel sama sekali. Salah satu kemudahan dari Allah untuk hari yang cukup sulit ini. Proses kuret selesai kira-kira sebelum dzuhur. Aku pindah ke bangsal dan diizinkan pulang ke rumah sore nanti.
Fina dan Bekti terus menghubungiku sejak pagi, menanyakan kabar dan mengirim foto-foto acara resepsi pernikahan teman kami. Mereka berpose dengan pengantin juga dengan teman-teman seangkatan yang hadir. Sedih rasanya tidak jadi berada disana bersama mereka, batal memakai gamis biru dongker yang sudah kami rencanakan. Setelah didesak, akhirnya aku mengijinkan mereka datang ke rumah sakit tanpa memberitau apa sakitku saat itu. Kira-kira sebelum ashar mereka sampai, kami melepas rindu dan bercerita banyak hal. Disanalah aku baru berterus terang tentang apa yang terjadi padaku. Mereka turut sedih dan mendo'akan yang terbaik untukku. Alhamdulillah meski sangat singkat, tapi Allah masih menghendaki kami bertiga berkumpul hari itu di tempat yang tidak pernah kami bayangkan. Sahabat-sahabat yang hadir menguatkan dan menghibur disaat aku butuh, membuatku sedikit melupakan kesedihan dan kesakitan yang ku rasa saat itu.
Gagalnya kehamilanku pelan-pelan membuat aku belajar banyak hal.
1. Tentang penerimaan takdir, sekuat dan sehebat apapun diri ini merencanakan dan menjaga kesehatan janin, tapi saat Allah berkehendak lain, maka aku harus menerima kehendak Allah dengan hati yang lapang, merelakan janin itu kembali pada pemiliknya.
2. Tentang muhasabah diri, bahwa kejadian ini mungkin diakibatkan oleh banyaknya dosaku di masa lalu, maka dengan adanya musibah ini aku bermuhasabah, lalu memohon ampun pada Allah atas banyaknya laku yang keliru. Semoga dengan adanya kejadian ini, Allah membersihkan dosa-dosaku.
3. Tentang khusnudzon pada Allah, disaat kondisi sedang down seperti saat ini, dimana hati dan pikiran sedih, kacau, maka setan sangat mudah merasuk dan membisiki hal-hal yang membuat kita berprasangka buruk pada Allah. Maka aku berusaha menepis itu semua, percaya bahwa ini hanya sedikit ujian untuk perbaikan keimananku, dan yakin bahwa Allah sedang menyiapkan takdir yang lebih indah dari ini semua.
4. Tentang tidak berputus asa, tentunya ada sedikit trauma dengan kehamilan setelah kejadian ini. Ketakutan dan kekhawatiran, juga putus asa bahwa diri ini tidak pantas diamanahi anak lagi. Tapi aku belajar bahwa seorang mukmin tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah yang Maha Luas. Yang terpenting adalah kita terus berdoa dan berusaha, memantaskan kembali diri ini agar Allah cintai dan kelak menitipkan kembali seorang anak yang soleh dan solehah untuk keluarga kami.
5. Tentang rencana dan takdir, seperti yang banyak sekali dituliskan, bahwa sebaik-baiknya rencana manusia, tetap takdir Allah yang paling baik. Manusia bisa berencana, Allah yang menentukan akhirnya. Maka kita sebagai manusia harus selalu bersiap dengan kejutan-kejutan hidup lainnya. Tetap semangat dalam merencanakan hal-hal baik, tapi siapkan juga hati untuk menerima apapun takdir terbaik dari Allah nantinya.
Dua tahun berlalu... aku masih terus berdo'a, berusaha, dan berharap kepada Allah agar bisa kembali dipercaya mengurus amanah dari-Nya. Usia Ibrahim kini sudah hampir 4 tahun, ia seringkali berkata "Aa ga ada temen di rumah" atau berdo'a "semoga Aa dikasih dede". Mendengar itu aku terharu, semoga Allah mengijabah do'a-do'a kami di waktu terbaik menurutNya.
Setelah sekian lama akhirnya ku tulis kisah ini. Semoga terus menjadi pengingat diri, semoga ada sedikit kebaikan yang bisa diambil untuk menjadi manfaat bagi orang lain yang membacanya...
(Ditulis tahun 2020 di kelas @Nulisyuk batch 60)
hanya kumpulan ejaan yang dirangkai tanpa ada keterkaitan. abstrak. ambigu. hidup dalam artinya sendiri. tentang Coretan, yang tak terbaca. tentang Kenyataan, yang tak pernah ada. tentang Do'a. EJAAN -
Selasa, 23 Desember 2025
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Keputusan
Aku berdiri di depan gerbang ungu sebuah tempat konseling psikolog. Melihat papan namanya aku yakin inilah tempatnya. Kemudian aku bawa ampl...
-
Seringkali manusia tidak sekuat itu untuk tetap menjadi teman setelah perasaannya terluka.ㅤㅤㅤㅤ Beberapa memilih berdamai dengan diri dan kea...
-
Bismillaahirrohmaanirrohiim... Akhir shofar 1437 H Aku terpaksa menelan pahitnya ucapan selamat tinggal... Pahit sekali…...
-
Bismillaahirrohmaanirrohiim Sahabat hilang. Sahabat datang. Jauh, lama dalam keragu-raguan. Bersinar, Mered u p, terus berganti...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar