Selasa, 23 Desember 2025

Rahimahullah

Kira-kira satu minggu lalu, temanku yang seorang fisioterapi di RS. Moewardi Solo bercerita bahwa Ustadz Mu'inudinillah Basri positif covid-19 dan sedang diisolasi. Beliau diisolasi setelah ditemukan cluster baru di pondok pesantren asuhan beliau. Beberapa pengajar dan santri dinyatakan positif covid. Aku kaget mendengarnya. Tapi do'a terus aku panjatkan untuk kesembuhan beliau dan pasien-pasien covid lain. Di Solo memang angka pertambahan pasien covid sedang meroket. Bahkan di salah satu rumah sakit rujukan provinsi sedang dibangun gedung baru untuk dijadikan bangsal pasien covid, karena bangsal yang ada saat ini belum cukup untuk menampung pasien yang terus bertambah.

Awal sakit, Ustadz Mu'in merasakan demam kemudian disusul sesak napas. Saat di rumah sakit beliau dipasang ventilator untuk membantu melancarkan pernapasannya. Temanku menangani fisioterapi untuk beliau saat itu. Ia mengabarkan bahwa setelah beberapa hari di rumah sakit, kondisi Ustadz Mu'in membaik walaupun masih terpasang ventilator. Sesak napasnya berkurang dan ia lebih lancar berbicara dan bergerak. Meski dalam keadaan sakit, Ustadz Mu'in tetap berdakwah melalui akun facebooknya. Sembari tiduran di kasur pasien, dengan ditutupi selimut rumah sakit, wajahnya yang lemas dengan ventilator, dan juga suaranya yang terbata, Ustadz Mu'in menyampaikan ceramahnya pada para jama'ah yang setia menonton livenya. Ia berbicara sambil menangis, mengingatkan jama'ah tentang berdzikir kepada Allah, pentingnya mentadabburi Al-Qur'an, juga beriman kepada akhirat dan tanda-tanda hari kiamat. Setelah beberapa hari dirawat, salah satu ustadz kawan beliau yang juga positiv covid dinyatakan meninggal dunia. Dengan tegar beliau memposting ucapan belasungkawa dan juga do'a untuk kawannya tersebut. Saat live facebook, seluruh jama'ah hadir di komentar untuk menyemangati dan mendo'akan kesembuhan beliau.

Ustadz Mu'in adalah salah satu ulama kharismatik dan sedang menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Syari'ah Kota Surakarta. Beliau adalah ahli fiqih yang tegas dalam memerangi kebathilan, tapi lembut dalam menyampaikan ilmu dan kebenaran. Beliau salah satu dosen pengajar di kampusku dulu, dan sempat menjadi murobbi suamiku. Sosok beliau sangat tidak asing bagi kami karena seringnya bermajelis dengan beliau. Ingat sekali saat masih kuliah dulu, aku rela setiap hari senin mengendarai motor malam-malam dengan teman akhwatku hanya untuk mengikuti majelis beliau yang cukup jauh tempatnya dari asrama tempat tinggalku. Hampir setiap majelis yang diisi beliau, kami akan datang. Seluruh ummat mencintai Ustadz Mu'in, akhlaknya, ilmunya, dan cara beliau mencintai negeri dan ummat ini. Beliau adalah "Singa dari Surakarta", begitu julukannya.

Tapi Allah jauh lebih mencintai beliau. Di saat zaman sudah mencapai akhirnya, di saat negeri ini penuh dengan fitnah, kepalsuan, kecurangan, kedzaliman, Allah angkat Ustadz Mu'in kembali kehadiratNya. Seakan-akan dunia yang kacau balau ini tidak layak bagi orang-orang sholih seperti beliau. Seakan Allah lebih menginginkan Ustadz Mu'in berada disisiNya. Beristirahat setelah lelahnya berdakwah selama ini, di dunia baru yang damai bersama Rabbnya. Dimana tidak ada keletihan dan kegaduhan di dalamnya.

Innalillahi wa inna ilayhi roji'un. Aku membaca berita tentang meninggalnya engkau wahai guru, dengan air mata yang mengalir karena kecintaanku. Dengan hati yang belum rela ditinggalkan oleh salah satu ulama kharismatik sepertimu. Seolah segala kenangan tentang majelismu kembali berputar di dalam otak. Suaramu yang lantang melawan kedzaliman masih terngiang, lembutnya tawamu saat bercanda masih terbayang, semua ilmu dan kebaikan yang engkau lakukan telah menjadi amal jariyah yang menerangi kuburmu. Allah mencintai engkau lebih dari kecintaan ummat kepadamu. Insya Allah husnul khatimah dan surga menantimu, wahai Singa dari Surakarta.
Selamat jalan, do'a kami mengantar engkau pada kedamaian abadi di sisi Illahi...

(Ditulis tahun 2020 di kelas @Nulisyuk batch 60)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keputusan

Aku berdiri di depan gerbang ungu sebuah tempat konseling psikolog. Melihat papan namanya aku yakin inilah tempatnya. Kemudian aku bawa ampl...